……………………
Oleh : Pers Hamka
Oleh : Pers Hamka
Nanti darahmu akan mengalir di tubuhku.
Ku ingat kata-kata itu saat tertatih lesu di depan pagar rumah mewah yang sekarang sepi seperti tak berpenghuni. Kata-kata itu adalah kata-kata terakhir yang terucap dari Dika anak pelatih les gitarku yang mengidap penyakit Thalasemia.
Perasaan bersalahku semakin menghantui ketika ku terima beberapa ucapan selamat ulang tahun ke - 17 di handphoneku. Umur 17 tahun yang ku tunggu-tunggu serasa percuma aku jalani karena 3 minggu yang lalu Dika meninggal, Dika terlambat mendapat transfusi darah B negatifnya, ya…..golongan darah yang sama seperti golongan darahku.
“ Selamat jalan Dika” ucapku ketika beranjak meninggalkan pagar rumah mewah yang 3 minggu lalu masih menjadi tempat les gitarku. Setelah kepergian Dika aku tidak tahu keberadaan Bu Andin dan suaminya, mereka pelatih gitar yang baik Dika adalah anak tunggal mereka, teman baikku yang hidupnya bergantung dari transfusi darah B negatif seumur hidupnya.
Aku masuk ke dalam mobilku. “Jalan Pak!” kataku pada Pak Solihin supir keluargaku yang baru. Hari aku berniat menghabiskan waktu di tempat les gitarku yang baru, berusaha mencari ketenangan di hari ulang tahunku yang sengaja tidak ingin ku rayakan. Sepanjang perjalanan ku buka semua pesan di handphoneku aku ingin membaca satu persatu ucapan selamat dari teman-temanku walau aku sedih karena Felly sahabatku di tempat les yang lama tidak mengirim ucapan selamat. Ku temukan satu pesan yang nomornya tidak ku kenali, disana tertulis
Happy Birthday Bunga… mulai hari ini darahmu bisa mengalir di tubuhku.
Sontak aku tertegun, pikiranku melayang. “Sudah sampai Non”. Tiba-tiba suara Pak Solihin membuyarkan lamunanku, kulihat Egi dan Dita sudah menungguku di depan, mereka adalah teman lesku yang baru sudah 2 minggu aku mengenal mereka. Egi begitu perhatian padaku jujur perasaan sukaku padanya mulai tumbuh dan malam tadi saat mengucapkan selamat ulang tahun melalui telepon dia mengutarakan perasaannya yang sama sepertiku. Sementara Dita, dia teman curhat yang baik dia selalu member solusi yang aku rasa nyaman untukku, semua masalah ku ceritakan padanya, tentang keluargaku, tentang prestasiku, tentang Felly, tentang Egi sampai-sampai tentang Dika pun ku ceritakan.
Hari ini aku ingin menyelesaikan lagu ciptaanku yang aku ciptakan untuk Dika dibantu Egi dan Dita. Tak terasa waktu menunjukan pukul 3 sore dan laguku pun selesai. Saat kami bertiga sedang mencoba menyanyikan lagu itu, ditengah-tengah nyanyian tiba-tiba lampu ruangan mati, kami bertiga kaget dan segera berusaha mencari lilin atau senter sebagai penerang, namun tidak lama kemudian lampu menyala kembali. Tapi apa yang ku dapat ?? keenam senar gitarku putus tanpa sebab. Sejak saat itulah kehidupanku berubah, sejak lagu untuk Dika selesai ku ciptakan, sejak aku mulai melupakan Felly sahabatku, sejak Egi mengungkapkan perasaanya, sejak Dita mengetahui hampir seluruh kehidupanku, sejak Pak Solihin menjadi sopir keluargaku, sejak aku mulai merasa menemukan pengganti Bu Andin dan suaminya dan yang pasti sejak aku menginjak umur 17, umur yang ku tunggu-tunggu untuk bisa mendonorkan darahku pada Dika.
Sebenarnya apa yang terjadi ??
Keanehan apa lagi yang menimpa Bunga ??
Siapakah dalang semua ini ??
Bagaimanakah akhir cerita ini ??
Lomba Cerpen Bersambung Perak Hamka 2012
Ku ingat kata-kata itu saat tertatih lesu di depan pagar rumah mewah yang sekarang sepi seperti tak berpenghuni. Kata-kata itu adalah kata-kata terakhir yang terucap dari Dika anak pelatih les gitarku yang mengidap penyakit Thalasemia.
Perasaan bersalahku semakin menghantui ketika ku terima beberapa ucapan selamat ulang tahun ke - 17 di handphoneku. Umur 17 tahun yang ku tunggu-tunggu serasa percuma aku jalani karena 3 minggu yang lalu Dika meninggal, Dika terlambat mendapat transfusi darah B negatifnya, ya…..golongan darah yang sama seperti golongan darahku.
“ Selamat jalan Dika” ucapku ketika beranjak meninggalkan pagar rumah mewah yang 3 minggu lalu masih menjadi tempat les gitarku. Setelah kepergian Dika aku tidak tahu keberadaan Bu Andin dan suaminya, mereka pelatih gitar yang baik Dika adalah anak tunggal mereka, teman baikku yang hidupnya bergantung dari transfusi darah B negatif seumur hidupnya.
Aku masuk ke dalam mobilku. “Jalan Pak!” kataku pada Pak Solihin supir keluargaku yang baru. Hari aku berniat menghabiskan waktu di tempat les gitarku yang baru, berusaha mencari ketenangan di hari ulang tahunku yang sengaja tidak ingin ku rayakan. Sepanjang perjalanan ku buka semua pesan di handphoneku aku ingin membaca satu persatu ucapan selamat dari teman-temanku walau aku sedih karena Felly sahabatku di tempat les yang lama tidak mengirim ucapan selamat. Ku temukan satu pesan yang nomornya tidak ku kenali, disana tertulis
Happy Birthday Bunga… mulai hari ini darahmu bisa mengalir di tubuhku.
Sontak aku tertegun, pikiranku melayang. “Sudah sampai Non”. Tiba-tiba suara Pak Solihin membuyarkan lamunanku, kulihat Egi dan Dita sudah menungguku di depan, mereka adalah teman lesku yang baru sudah 2 minggu aku mengenal mereka. Egi begitu perhatian padaku jujur perasaan sukaku padanya mulai tumbuh dan malam tadi saat mengucapkan selamat ulang tahun melalui telepon dia mengutarakan perasaannya yang sama sepertiku. Sementara Dita, dia teman curhat yang baik dia selalu member solusi yang aku rasa nyaman untukku, semua masalah ku ceritakan padanya, tentang keluargaku, tentang prestasiku, tentang Felly, tentang Egi sampai-sampai tentang Dika pun ku ceritakan.
Hari ini aku ingin menyelesaikan lagu ciptaanku yang aku ciptakan untuk Dika dibantu Egi dan Dita. Tak terasa waktu menunjukan pukul 3 sore dan laguku pun selesai. Saat kami bertiga sedang mencoba menyanyikan lagu itu, ditengah-tengah nyanyian tiba-tiba lampu ruangan mati, kami bertiga kaget dan segera berusaha mencari lilin atau senter sebagai penerang, namun tidak lama kemudian lampu menyala kembali. Tapi apa yang ku dapat ?? keenam senar gitarku putus tanpa sebab. Sejak saat itulah kehidupanku berubah, sejak lagu untuk Dika selesai ku ciptakan, sejak aku mulai melupakan Felly sahabatku, sejak Egi mengungkapkan perasaanya, sejak Dita mengetahui hampir seluruh kehidupanku, sejak Pak Solihin menjadi sopir keluargaku, sejak aku mulai merasa menemukan pengganti Bu Andin dan suaminya dan yang pasti sejak aku menginjak umur 17, umur yang ku tunggu-tunggu untuk bisa mendonorkan darahku pada Dika.
Sebenarnya apa yang terjadi ??
Keanehan apa lagi yang menimpa Bunga ??
Siapakah dalang semua ini ??
Bagaimanakah akhir cerita ini ??
Lomba Cerpen Bersambung Perak Hamka 2012
Lanjutin cerita di atas sesuai imajinasi dan kreativitas kamu..
Dengan ketentuan :
1. 1 orang mengirimkan satu karya
2. Dikirim paling lambat tanggal 21 April melalui stand pendaftaran Perak 2012
3. Biaya pendaftaran Rp. 7.500,- per karya
4. Menggunakan Bahasa Indonesia, tidak mengandung unsur sara, porno, dan rasis
5. Penilaian meliputi alur cerita, kesesuaian judul dan cerita, pesan moral dan gaya bahasa
6. Minimal 2 halaman maksimal 5 halaman (halaman dari panitia tidak dihitung)
7. Ditulis dengan font huruf Times New Roman 12, spasi 1,5 pt, margin left 3 cm; right 2 cm; top 3 cm; bottom 2 cm
8. Menyertakan hardcopy
Ayo – ayo….Kirimkan segera karya kamu..ditunggu ya!!! Buktikan kamu punya bakat dan kreativitas…. Salam Pers.....
CP : Rhevy Liestha R (085320099878)
Dini Sandiani (085723854755)
Dini Sandiani (085723854755)
3 komentar:
hayuuuuuuuuuuu ikutannnnnn......
jadi ceritanya harus yg sambungan dari cerpen diats yah?? :D
ia teh Irma harus nyambung kyak yang diatas,,ikut yah teh!!
Posting Komentar